“ yah beli mobil!” sering saya
dengar permintaan itu, datangnya dari amak, anak saya tertua. Hati orang tua
mana yang tidak terenyuh mendengar permintaan anaknya?. Apalagi saya sendiri
kepingin punya mobil. Sudah lama keinginan itu tersimpan dalam hati, dan selalu
diselipkan dalam setiap kali berdoa. Hanya tuhan masih belum mengabulkan.
Biarpun kesempatan untuk itu telah berulangkali datang pada saya.
Saya pernah punya mobil, tiga
kali. Sedan,panther, dan terakhir kijang. Ketiga –tiganya hak pinjam pakai.
Sekarang hanya punya sepeda motor. “ sepeda motor kamu baru mif?” Tanya kak
karim, tuan rumah acara hal- bihalal bani Abdus shomad. Mungkin “tresnah”
melihat merahnya sepeda motor saya. Karena siangnya saya cuci ditempat cuci
saya sendiri. sumur belakang masjid.
Saat ini kemana –mana saya pakai
sepeda motor. Jangankan jarak dekat, jarak jauhpun pikiran saya tertuju naik
sepeda motor.”orang –orang bisa, kenapa saya tidak bisa” pikiran saya, ketika melihat
sepeda motor tua dinaiki satu keluarga. Si ayah duduk memegang setir,
menggunakan separuh tempat duduk. Orangnya gemuk. Siistri duduk dibelakang,
diantaranya ada anak perempuan berumur 5 tahun. Menyebabkan duduk siistri
keluar dari ketentuan yang berlaku. Ada diatas lampu belakang. Anak yang lebih
besar terlihat duduk agak kebawah didepan sang ayah, duduk beralas tas. Mereka
enjoy mereka menikmati.
Sudah dua bulan meninggalkan
bulan puasa. Sudah berulang kali saya datang keacara houl. Setiap pulang hati
saya selalu galau. “ ini acara Houl untuk mendoakan yang meninggal, atau acara
pameran mobil?. Bermacam –macam jenis mobil terlihat saat acara houl tersebut.
Milik para undangan yang hadir. Dari yang bagus sampai yang paling bagus. Yang
pasti saya ngiler. Apalagi kalo melihat gaya turunnya dari mobil, wow,keren!.
Percaya diri dan terkesan orang penting yang sangat sibuk. Jangan –jangan sahabat
nabi turun dari onta dulu, gitu juga gayanya?. Wollohua’lam.
Pikirin saya matematis. Datang
keacara houl dapat “berkat” isinya jajan dan nasi. Atau bisa yang lain. Biaya
pakai mobil untuk hadir keacara haul habis dibensin,dan supir kalo pake. Saya
hitung-hitung kalo beli mobil hanya untuk datang keacara houl dan acara
seremonial lainnya, besar pasak dari pada tiang. Akibatnya pada ketidak
ikhlasan. Maka diperhatikan “berkatnya” harus bermerek, sebagai bukti bahwa
‘berkatnya” mahal. Kalo tidak , wah tuan rumahnya ndak serius ini,saya datang
kesini bermodal, kok gini.
Sebetulnya yang dapat untung
paling besar dari acara- acara yang begituan, orang diluar kita. Produsen
jajanan bermerek. Mereka bukan saudara kita, bukan tetangga kita, bukan apa-apa
kita. Terkadang mereka tidak seagama dengan kita, bahkan mereka orang luar
negri. Mereka menetapkan harga seenak udelnya sendiri. Mereka jadi kaya gara –
gara kita. “ sekarang orang –orang pada beli jajanan merek……..,saya dulu yang
pertama”, seorang tuan rumah haul
membanggakan “berkat”nya yang bermerek.
Seingat saya dulu waktu kecil,
mbok A nyaman kalo buat dodol, mbok B enak buat wajiknya, dan seterusnya. Ada
suasana cinta pada produk sendiri. bangga pada kekhasan local. Ada kegotong
royongan, saling memberi manfaat dengan tetangga dan saudara disekeliling kita.
Karena yang paling baik yang paling bermanfaat.
“boros salah satu pekerjaan setan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar