Selasa, 04 Desember 2012

KEBIASAAN MEMPERKAYA ORANG KAYA


“ yah beli mobil!” sering saya dengar permintaan itu, datangnya dari amak, anak saya tertua. Hati orang tua mana yang tidak terenyuh mendengar permintaan anaknya?. Apalagi saya sendiri kepingin punya mobil. Sudah lama keinginan itu tersimpan dalam hati, dan selalu diselipkan dalam setiap kali berdoa. Hanya tuhan masih belum mengabulkan. Biarpun kesempatan untuk itu telah berulangkali datang pada saya.

Saya pernah punya mobil, tiga kali. Sedan,panther, dan terakhir kijang. Ketiga –tiganya hak pinjam pakai. Sekarang hanya punya sepeda motor. “ sepeda motor kamu baru mif?” Tanya kak karim, tuan rumah acara hal- bihalal bani Abdus shomad. Mungkin “tresnah” melihat merahnya sepeda motor saya. Karena siangnya saya cuci ditempat cuci saya sendiri. sumur belakang masjid.

Saat ini kemana –mana saya pakai sepeda motor. Jangankan jarak dekat, jarak jauhpun pikiran saya tertuju naik sepeda motor.”orang –orang bisa, kenapa saya tidak bisa” pikiran saya, ketika melihat sepeda motor tua dinaiki satu keluarga. Si ayah duduk memegang setir, menggunakan separuh tempat duduk. Orangnya gemuk. Siistri duduk dibelakang, diantaranya ada anak perempuan berumur 5 tahun. Menyebabkan duduk siistri keluar dari ketentuan yang berlaku. Ada diatas lampu belakang. Anak yang lebih besar terlihat duduk agak kebawah didepan sang ayah, duduk beralas tas. Mereka enjoy mereka menikmati.

Sudah dua bulan meninggalkan bulan puasa. Sudah berulang kali saya datang keacara houl. Setiap pulang hati saya selalu galau. “ ini acara Houl untuk mendoakan yang meninggal, atau acara pameran mobil?. Bermacam –macam jenis mobil terlihat saat acara houl tersebut. Milik para undangan yang hadir. Dari yang bagus sampai yang paling bagus. Yang pasti saya ngiler. Apalagi kalo melihat gaya turunnya dari mobil, wow,keren!. Percaya diri dan terkesan orang penting yang sangat sibuk. Jangan –jangan sahabat nabi turun dari onta dulu, gitu juga gayanya?. Wollohua’lam.

Pikirin saya matematis. Datang keacara houl dapat “berkat” isinya jajan dan nasi. Atau bisa yang lain. Biaya pakai mobil untuk hadir keacara haul habis dibensin,dan supir kalo pake. Saya hitung-hitung kalo beli mobil hanya untuk datang keacara houl dan acara seremonial lainnya, besar pasak dari pada tiang. Akibatnya pada ketidak ikhlasan. Maka diperhatikan “berkatnya” harus bermerek, sebagai bukti bahwa ‘berkatnya” mahal. Kalo tidak , wah tuan rumahnya ndak serius ini,saya datang kesini bermodal, kok gini.

Sebetulnya yang dapat untung paling besar dari acara- acara yang begituan, orang diluar kita. Produsen jajanan bermerek. Mereka bukan saudara kita, bukan tetangga kita, bukan apa-apa kita. Terkadang mereka tidak seagama dengan kita, bahkan mereka orang luar negri. Mereka menetapkan harga seenak udelnya sendiri. Mereka jadi kaya gara – gara kita. “ sekarang orang –orang pada beli jajanan merek……..,saya dulu yang pertama”,  seorang tuan rumah haul membanggakan “berkat”nya yang bermerek.

Seingat saya dulu waktu kecil, mbok A nyaman kalo buat dodol, mbok B enak buat wajiknya, dan seterusnya. Ada suasana cinta pada produk sendiri. bangga pada kekhasan local. Ada kegotong royongan, saling memberi manfaat dengan tetangga dan saudara disekeliling kita. Karena yang paling baik yang paling bermanfaat.

“boros salah satu pekerjaan setan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar