Senin, 17 Desember 2012

IMAJINASI CINTA BERSELIMUT


Cinta enak dibicarakan oleh siapapun , tampa melihat tingkatan usia dan pendidikan. masing masing orang punya perspektif berdasarkan pengalaman “bercinta”. Cinta menjadi Kata yang popular untuk menggambarkan suasana hati, berupa dorongan kuat untuk selalu memikirkan, memperhatikan dan membuat kesepakatan indah pada apapun,biasanya lawan jenis.

Euphoria tak pernah padam dari masa ke masa hanya ada pada cinta. Karya seni yang bertemakan cinta tak terperikan banyaknya. Bahkan setiap waktu selalu terproduksi. Selalu terserap, orang tidak pernah bosan menikmati hal – hal yang berbau cinta ini. Tidak peduli merupakan polesan barang usang, ataupun barang baru hasil kreasi sebuah kreatifitas.

Peristiwa pernikahan anang dan ashanty heboh. Disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun tv nasional. Pemirsa disuguhkan tontotan yang membangkitkan emosi agar apa yang terjadi berakhir happy ending. Entah apa yang terjadi, kalo sebaliknya. Pemirsa bukan hanya menikmati tontonan yang menggugah emosi, dari sana ternyata banyak terinspirasi menjadikannya  referensi “bercinta” oleh para khalayak penikmat cinta.

Kedahsyatan cinta membuat orang bisa membabi buta, melanggar etika, aturan dan komitmen hidup seseorang. tidak terkecuali saya. Selaku manusia biasa terpikir untuk mencari pembenar terhadap apa yang dilakukannya. Dengan harapan pada saatnya nanti ada kendala yang mempertanyakan atau bahkan menyalakan tindakan yang saya lakukan, ada jawaban dari saya. Kelebihannya memang saya hanya sebatas “nili’I”. belum pada langkah kongkrit.

Saya membayangkan rosulullah pada tahun ke 8 kenabian. Setelah ditinggal wafat oleh siti khotijah. Orang yang sangat dicintainya, yang telah menemani nabi selama hampir 20 tahun. Kehidupan nabi dalam kesehariannya ditemani oleh putri – putrinya. Dimana kondisi ini mengakibatkan nabi selalu teringat, teringat, teringat siti khotijah. Dakwah nabi menjadi kendor, ndak bergairah. 

Analisa tentang kesendirian yang dialami nabi sebetulnya, usaha untuk mengalihkan pikiran ini dari persoalan “cinta”. Karena ada banyak hal yang melarang saya untuk terbuka, Menuangkan dalam tulisan. Saya hanya bisa menyimpannya dalam imajinasi dan berharap mampu untuk bertahan menjauhi imajinasi itu dalam dunia nyata.

Di tahun 99 ada pengalaman yang tidak saya lupakan. Selain pertama kali masuk dalam organisasi tingkat kabupaten, menjadi wakil ketua IPNU cabang bangkalan. Saya juga mendapatkan skill secara free. Yang sampai saat ini digunakan manfaatnya. Saya belajar computer secara otodidak disekretariat IPNU pada saat itu. Dan pada saat itu pula saya harus berbohong pada seseorang. 

Inilah hasil dari orang yang tidak berpengalaman, tidak paham bahwa orang telah mempersiapkan diri dan berharap bisa. Ternyata tidak bisa. Ya, seperti saya juga sulit sekali untuk membuat runtut agar bisa dibaca. Hati saya berkata “biarkan begini aja”. Biarlah orang yang saya bohongi bersedih, dan saya pun bersedih sampai bayangan tersebut hilang dimakan waktu. 

Dihitung hitung mungkin salah satu keahlian saya memang disini. Bersedih sampai menguap dengan sendirinya. sudah lima kali pengulangan itu terjadi. Cerita berbedapun endingnya sama dengan yang sudah sudah. Ndak heran, kalo banyak tulisan yang dicoretkan dalam lembaran –lembaran pribadi mempertanyakan inisiatif.

“ora mudeng, maumu apa?, ayo habis –habisan jangan ada kata bercabang!” piker saya. Karena Melampiaskan sesuatu harus tuntas, biar tidak mengendap. “Berbahaya, bisa menjadi penyakit ndak ada obatnya lho”.mbak ummi sering mengucapkannya, saat memberi motivasi pada adik adiknya. Begitupun dalam kesempatan ini, saya berusaha membuka tali hati yang mengikat otak untuk membuka memory masa lalu. 

Itu tidak mudah. Sedari tiga hari yang tulisan ini dimulai, sejak itu pula saya merasa berat. Karena disini saya mau membuka siapa saya sebenarnya. Apa sebetulnya yang menjadi dedikasi melangkah saat ini?. Dan focus pada hati kecil, apa yang sering di bisikkan?. Tapi sulit. Mungkin perlu dihipnotis kaleeeeeeeeeeeee.

Ya akhirnya saya harus menyadari kenapa memaksa kepada sesuatu yang tidak mau di buka. Atau kenapa maksa kepada sesuatu yang bukan ahlinya. Atau lagi kenapa maksa kalo lo memang ndak pernah punya pengalaman disitu. Pertanyaan terakhir mengapa mesti ditulis. mending dilakukan dulu baru ditulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar