Saya
bukan tim sukses, saya bukan calon yang bersaing, saya bukan pula partisipan.
Saya hanya sekedar orang yang punya keinginan bahwa incumbent tidak lagi
menjabat, biarpun itu keturunannya. Saya kecewa dengan hasil MK, hasilnya
memenangkan pihak termohon, dalam hal ini KPU. Dan yang terkait dalam hal ini
nomor urut tiga. MK menolak permohonan pemohon dalam kasus sengketa pilkada
ini.
Menurut
sebagian orang keputusan MK tersebut berdasarkan keadilan procedural menafikan
keadilan subtantif. Keberadaan pemohon yang bukan legal standing berdasarkan
keputusan PTUN ,itu dibenarkan oleh MK. dan dijadikan alasan untuk menolak
permohonan pemohon untuk pilkada ulang dibangkalan. Peristiwa terjungkalnya
pemohon sebagai salah satu calon diartikan hanya dinamika dalam perpolitikan
diindonesia, dan itu sah sah saja. biarpun kesakitan yang dialami pemohon dan
pendukungnya menganga, akibat keberpihakan nyata dari wasit yang harusnya jadi
penengah, akibat dari Keberpihakan aparatur pemerintah yang seharusnya netral, juga
akibat dari keberpihakan aparat hukum
atas pembiaran pada pelanggaran yang dilakukan.
Kenyataan
ini memupuskan harapan yang mulai menyemai. Selama ini citra buruk dari lembaga
hukum lekat dalam otak setiap orang. Sejak banyak terobosan hukum dilakukan
oleh MK, meningkatkan citra MK, sekaligus menumbukan harapan baru bagi
masyarakat. Bahkan ketua MK, Mahfud MD digadang-gadang sebagai salah satu calon
presiden alternative. Karena keberaniannya, kejujurannya, dan kesederhanaannya.
Malah dijawa timur satu lembaga survey menempatkan ketua MK tersebut orang yang
bakal dipilih rakyat jawa timur untuk jadi presiden.
Hanya
saja peristiwa hari ini, saya mulai membenarkan analisa tentang mahfud dan
kasus pilkada dibangkalan. Bahwa mahfud juga manusia, punya latar belakang,
punya keinginan, dan punya ketakutan. Sebagai orang politisi yang pinter hukum
tentu harus berpikir politik saat harus berpolitik. Sebagai manusia yang
berkeinginan harus mampu mengkalkulasi siapa dan apa yang bisa dijadikan
bargain keinginannya terwujud. Hal itu menumbuhkan ketakutan-ketakutan yang
harus disingkirkan dengan cara politik. cerita tentang pertemuan mahfud MD
dengan tokoh – tokoh bangkalan cerminan dari hal tersebut diatas. Dimana
informasi yang disampaikan kepadanya hanya sepihak, biarpun disampaikan oleh
lima perwakilan. Karena kelimanya satu kata membela penguasa. Mahfud tidak
berusaha mencari informasi pinggiran untuk membaca secara utuh tentang
bangkalan pada saat ini.
sayangnya kita tidak boleh berburuk sangka,
karena hal itu akan menggroroti diri kita sendiri, setiap hari bakal dikerumuni
kejelekan – kejelakan orang menemani aktifitas sehari-hari kita. Biarpun dalam
hati saya berkata “ lobi itu yang dijadikan dasar keputusan hari ini”.
Bolehlah
menjustice bahwa usaha yang dilakukan pemohon kecil, dibanding dengan yang
terkait. Berapa banyak uang yang telah dikeluarkan. Itu bisa dilihat dari
banyak bermunculan kreatifitas dari orang-orang sekelilingnya untuk
menghambarkan nilai-nilai yang terkandung dalam peraturan. Peraturan yang punya nilai sacral dan wajib
dipatuhi dijadikan senjata untuk membumi hanguskan para lawan-lawannya. Uang
yang dikeluarkan memang untuk ketidak baikan, memang untuk melanggar, memang
untuk kekuasaannya abadi.
Jalan
yang semestinya dijalani oleh orang yang semestinya, menjadi salah, karena
patuh pada peraturan. Peraturan itu dibuat berdasarkan satu kepentingan.
Manakala kepentingannya sudah tercapai maka peraturan itu menjadi sisa dan
sampah. Penggunaan peraturan tidak tepat kalo hanya normative sama persis
dengan isi aturan. Penggunaan peraturan harus mengacu pada asbabul nuzulnya,
apa kepentingan yang melatar belakangi peraturan itu muncul.
Jangan
heran bila banyak pejuang normative hanya gigit jari, melihat kekalahan demi
kekalahan selalu menimpa mereka. Cap pecundang nempel didada kiri mereka dengan
jelas. Teriakan yang lantang dan membuat hati mau jatuh spesialisasi dari orang
–orang ini dalam menjaga nilai indenpedensi, dan pertunjukan keberpihakan pada
perjuagan mereka. Usaha yang ada menjadi penghias disalah satu pojok media
massa. Ekses yang didapat hanya masuk media. Tujuan utamanya idealisme pada
aturan berantakan seperti tuxuci yang ditabrakan ke tebing. Besok dipungut
kembali demi ada dinamika.
Kalau
pak CT berkata “ saya milih jalan lain, untuk sama-sama mensejahterakan
masayarakat, saya ndak ikut adi sasono. Biar dia milih jalannya sendiri, saya
pilih jalan sendiri, pokoknya tujuan yang mau dicapai sama”.seperti itulah
gambaran orang-orang kita. Idealisme no pragmatis yes. Dalam dunia hukum
praktek pragmatisme sudah mendarah daging”ada uang selamat”. Jadi sangat benar
bila orang-orang berkeyakinan keadilan hanya milik tuhan, benar bisa kita beli.
Jangan
salahkan pula bila terjadi untrush terhadap nilai-nilai kebaikan yang
didengungkan. Anggapan orang bahwa symbol pembawa kebaikan adalah tokoh agama.
Ucapan, tingkah laku dan cara berpakaiannya cerminan nilai-nilai agama yang
dipraktekkan. Masyarakat mencontoh dan bertanya kepada mereka apa yang mesti
dilakukan untuk menjadi ummat yang kaffah. Irosnisnya pengkultusan terhadap
selain tuhan diprakarsai oleh tokoh-tokoh agama ini. Mereka tutup mata terhadap
pelanggaran syariah yang dilakukan pihak terkait, mereka membenarkan apapun
yang keluar dari mulut incumbent. Mereka menjadi budak pembenar setiap tindakan
kesewenang-wenangan oleh incumbent. Maka jangan heran sejak saat itu
nilai-nilai kebaikan hanya dengung. Ndak jelas maksud dan bentuknya. I don’t
believe u.
Orang
ndak perduli, orang hanya tahu mereka menang, bukan mereka benar.mereka kejam,tega
dan nothink hope in the bangkalan. Dead,s for kebaikan dibangkalan. Kembali
pada “lakonah lakonen, kennenggah kennengen” berjalan saja seperti vampire
tampa roh, tampa harapan. Apapun yang terjadi sudah merupakan mimpi buruk
panjang yang mesti dialami. Karena cara mendapatkannya seperti itu, dalam
proses perjalannya pun nanti akan lebih parah dan akan sangat menyakitkan terutama
kepada orang-orang yang kalah.
Mungkin
perkiraan saya yang bisa mengobati, adalah pemimpin yang diatasnya. Pemimpin
yang tidak sama dengan incumbent. Pemimpin yang punya integritas. Pemimpin yang
tidak hijau matanya melihat lembaran-lembaran rupiah, pemimpin yang tidak punya
hutang pada incumbent dalam bentuk apapun. Yang saya harapkan pemimpin yang
berbeda haluan dengan raja kecil bangkalan.
15
januari 2013
miftahzawawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar