Sabtu, 01 Juni 2013

MEMOTIVASI DIRI SENDIRI



Kehidupan selalu ada masalah, jangan hidup kalau enggan bertemu masalah. Orang hidup karena masing –masing berlomba untuk bisa menyelesaikan paling banyak masalah. Semakin banyak dan besar masalah yang dihadapi akan meningkatkan kwalitas seseorang, juga memperbesar pengaruh seseorang,bahkan sekaligus mengangkat derajat social seseorang.

Hanya sedikit yang memahami masalah punya peran penting mengangkat derajat seseorang. kebanyakan membayangkan kehidupan yang dilalui sama seperti disorga. Tinggal berkeinginan semua bakal datang dengan sendirinya. masing- masing bergerak hanya sebatas tidak ada lagi yang dikerjakan. Tidak mau beresiko, berusaha berinisiatif menanam hal –hal yang produktif. Berakit –rakit kehulu, berenang-renang kemudian.

Tak jarang sesuatu yang sedikit yang keluar dari pakem menanjadi titik bangkitnya seseorang, dari bergantung menjadi mandiri. Dari hanya berhayal pembagian warisan menjadi orang yang menyiapkan warisan buat anak – anaknya. Dari menjadi cecunguk pengikut seseorang berobah mencari dan mengumpulkan cecunguk untuk menghamba pada dirinya.

Tantangan untuk “bermasalah” muncul dari dapur dan dari dalam dirinya sendiri. Orang yang didapur merengek menunjukkan keringkihannya, berusaha membebani langkah kaki menuju yang lebih baik. Manakala itu sudah dimulai, sudah pasti ada pemberat pundak.

Dari saya melakukan analisa pada hal yang terjadi didalam diri sendiri, saya menyatakan diri  masuk menjadi penghuni dunia ringkih tersebut. Keinginan keluar merambah dan menikmati banyak pengalaman baru yang diluar pakem, sepertinya hanya obrolan dibibir saja. Kata orang lips service saja. 

Keberanian yang selama ini didamba akan hadir menjadi satrio piningit sama halnya dengan satrio piningit itu sendiri, dimana orang yang ditunggu tunggu ini untuk bisa membebaskan bangsa dari masalah yang kronis, tidak pernah hadir, tidak pernah muncul bahkan sepertinya semakin tidak ada harapan untuk bisa hadir memenuhi khayalan yang sudah menjadi mitos ini.

Abu toyyib dalam kitab taklim berkata” sesuatu yang diinginkan hanya milik orang-orang yang menginginkan dan kemulyaan hanya bagi orang-orang yang mulya”, memberikan legitimasi untuk melangkah mencapai apa yang diinginkan. Disini tidak memberikan batasan , juga tidak ada pedoman, apalagi keragu-raguan memikirkan kemungkinan yang bakal terjadi.

Alasan selalu muncul menyurutkan langkah, menjadi pembenar membelokkan arah dari tujuan semula,  sampai sesuatu yang prioritas lewat dikesampingkan. Sesaat suasana terbawa bahwa arah yang berbelok arah yang benar, tetapi beberapa waktu kemudian itu menjadi salah pada waktu kita sadar telah berbelok arah, bukan menuju sesuatu yang selama ini kita impikan. Dan kita masuk dalam suasana penyesalan yang tidak ada putusnya.

Rasanya tak adil bila hanya intropeksi diri saja tampa juga menganalisa kondisi lingkungan sekitar. Kondisi yang sering kali membuat kita tidak punya pilihan. Sering kali pilihan tersebut menabrak logika etika yang selama ini ditanamkan. Sering kali pula  apa yang menjadi pilihan tersebut membuat kita enjoy didalamnya, dengan berbagai efek negative. Dimana dengan sadar kita melakukannya dengan tujuan agar bisa eksis.

Pertanyaan yang adalah, apakah ada harapan lingkungan disekitar saya ini akan bisa berubah?. Muncul rasa skeptic dalam diri saya. Bahkan bisa dikatakan mengharap bintang jatuh, untuk menggambarkan ketidak percayaan saya pada perobahan itu. Biarpun pikiran tersebut tidak menyurutkan saya berjuang berusaha menginspirasi orang untuk berkomitmen dan menjalankan komitmen itu dengan sungguh – sunguh.

Banyak peristiwa yang mendasari saya berkesimpulan bahwa komitmen adalah satu – satu yang bisa membatasi seseorang. biarpun pada prakteknya tidak ada yang berani berkomitmen. Rata – rata mencari aman, terutama dengan hanya berusaha mengalir mengikuti arus dan cenderung menjadi bunglon. Berubah warna disetiap tempat yang disinggahinya. Orang – orang bilang “ ini tahun2013.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar