MIFTAH AZ ZAWAWI
KUMPULAN PIKIRAN YANG BERSERAKAN
Minggu, 04 Agustus 2013
INFLASI, atau Kerakusan
Tidak ada yang baru, hampir
kejadian yang akan terjadi sudah diprediksi. Para ahli diminta pendapatnya bagaimana
bisa cepat keluar dari kejadian yang sudah diprediksi tersebut. Dan mereka
telah menuangkan idenya kedalam usulan – usulan mengatasi masalah yang bakal
terjadi.berdasarkan hal tersebut
pemegang kebijakan mengambil keputusan menaikkan BBM.
Gejolak dimasyarakat hampir
dikatakan tidak ada, mereka sudah pasrah. Apapun keputusan yang diambil
dampaknya pada rakyat kecil . mereka berpikir tidak dinaikkan kebutuhan
pokok harganya tetap saja melambung, contohnya lain harga elpiji dipermainkan. Dinaikkan ya menyebabkan kenikmatan merasakan uang seratus ribu terkikis, mulai hambar.
Mungkin ini yang dimaksudkan
dengan hilangnya barokah, sebagaimana penjelasan hadist saat mustamian bulan
puasa berlangsung. Disana dijelaskan, bahwa akibat tidak menghormati ulama
punya efek yang tidak mengenakkan. Salah satunya apa yang kita usahakan untuk
bisa memberi nafkah pada anak cucu, tidak berokah. Yang kedua diberi pemimpin
yang dholim.yang terakhir selalu berakhir dengan suul khotimah.
Ditengah – tengah keresahan
rakyat terdengar kabar yang tidak mengenakkan. Presiden membeli pesawat
kepresidenan dengan harga hampir satu trilyun. Juga metro online merilis bahwa presiden Indonesia mempunyai gaji terbesar ke 4 diantara
presiden – presiden di dunia. dibawahnya ada berita yang ndak kalah hebohnya, Gaji Anggota DPRnya nomor tiga terbesar seluruh
dunia.
Ketimpangan ini hanya dirasakan
oleh orang – orang kecil. Bagi mereka yang kaya kondisi nyata bagi orang miskin bagai hanya mendengar cerita, yang
dibaca sebelum tidur. Hanya cerita pengantar tidur saja. Bagi orang kecil
selalu berpikir seadainya ngantuk itu bisa ditunda satu bulan kedepan, maka
tidak bakal berhenti untuk mencari nafkah demi sebuah kewajiban pada
keluarganya.
“naik 2000, solar hanya naik
seribu”seru hisyam seorang pedagang bensin eceran. Dia merasakan perobahan yang
signifikan modal yang dikeluarkan lebih besar, sedangkan keuntungan yang
diperoleh tetap. Kalau bahasa distributor marginnya tetap. Sedangkan para
distributor sampai keatas marginnya naik. Jadi keuntungan hanya didapat oleh
orang-orang kaya saja.
Bagi pedagang kecil tidak berani
mengambil resiko. Karena pelanggannya orang-orang yang sama dengan dirinya.
Orang –orang yang sedang kebingungan mencari cara menghadapi dominasi
kapitalis. Orang – orang yang harus eksis dalam kondisi persaingan gajah yang
memanas.
Betapa dengan mudahnya tangan –
tangan kapitalis menyentuh privasi setiap bilik rumah orang. Mengelus dan
membawa setiap orang bermimpi, semakin jauh dari dunia nyata, dunia dimana dia
hidup. Dengan mudahnya setiap orang menanggalkan kemiskinannya disaat mimpinya
sudah mulai nyata. Mereka mempertaruhkan apapun jua demi mimpi itu. Mereka
tidak perduli pada kondisi sekitar. Mereka menjual apapun, hatta nilai
persaudaraan dan sejarah tidak lagi berarti ,lebih murah dari harga barang .
Semangat yang keluar dari
meanstream ini dijadikan alasan pemerintah untuk menentukan kebijakan
ekonominya. Mereka melihat bahwa pertumbuhan meningkat, alias daya beli
masyarakat semakain besar. Bila dulu sulit untuk menemukan sepeda motor
disetiap rumah, bahkan bisa –bisa satu kampung hanya ada satu sepeda motor.
Sekarang sulit menemukan rumah yang tidak ada sepeda motornya bahkan kadang
satu rumah setiap penghuninya punya sepeda motor.
Maka wajarlah pemerintah
berasumsi bahwa masyarakatnya sudah pada kaya, wajarlah kalau pajak dan
berbagai jenis retrebusi dinaikan, wajarlah kalau para pejabatnya mendapatkan
tunjangan yang berlimpah,karena telah bekerja keras meningkatkan daya beli
masyarakat sehingga target pertumbuhan bisa tercapai. wajarlah kalau bantuan tersebut bersifat
langsung bukan lagi pancing, karena orang miskinnya hanya sedikit.
Pemerintah lupa bahwa kebijakan
yang dibuat hanya berpihak pada kapitalis. Pemerintah membuat kebijakan pro
orang kaya mematikan orang miskin. Contoh paling mudah betapa orang-orang
miskin dipaksa harus punya sepeda motor, gara-gara pemerintah enggan
memaksimalkan transportasi massal. Orang kaya mengeruk keuntungan sedangkan
orang miskin puyeng tujuh keliling mencari bayaran kreditnya setiap bulan.
Orang – orang miskin masih harus
berfikir bagaimana bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dari biaya dapur
sampai biaya sekolah anaknya. Yang semuanya harus dipenuhi dan bila dipenuhi
menambah pundi-pundi kekayaan orang kaya ataupun pemerintah.
Saat ini masih diperparah dengan
semakin menurunnya harga mata uang rupiah, betapa uang yang kita pegang saat
ini tidak pernah mampu mengejar harga barang yang semakin melangit. Kebutuhan yang semakin menumpuk dimana barang
sudah ada tapi uang entah kemana sulit untuk didapatkan, membuat psikologi
masyarakat berobah menjadi paranoid. Takut, jangan – jangan saya tidak bisa berbuat apapun karena saya
tidak punya uang.
Solusi yang ditawarkan hanya
memperparah kondisi. Seperti pemberian balsem, BSM. Atau bantuan tunai lainnya.
Karena hal itu hanya menambah jiwa konsumtif semakin mendarah daging
dimasyarakat kita. Pemerintah tidak pernah berusaha mencari solusi yang bisa
mengatasi inti masalah. Yang dicarikan jalan keluarnya hanya yang tampak
dipermukaan.
Keengganan itu sangat tampak dari
perilaku para pemimpin bangsa ini. dimulutnya menyuruh kebaikan tapi
perilakunya berfoya-foya dan berlomba-lomba dalam memperkaya diri. Yang
digunakan hukum formal melepaskan etika dan moral. Alias mereka sudah tidak
punya malu. Contoh kongkrit bagaimana usaha gigih musaffak rouf tetap mau
menjadi wakil ketua DPRD Surabaya, biarpun dia sudah ditahan 19 bulan. Karena
korupsi.
Benar kiranya yang dikatakan
sebuah hadist nabi, bahwa kerusakan itu terjadi ketika manusia sudah tidak
punya malu. Ketika dengan terang – terangan mengaku baik sedangkan sudah
terbukti bersalah. Apalagi orang belum terbukti secara formal ditetapkan
bersalah. Kata yang sering diucapkan adalah ASAS PRADUGA TAK BERSALAH.
Sabtu, 01 Juni 2013
MEMOTIVASI DIRI SENDIRI
Kehidupan selalu ada masalah, jangan
hidup kalau enggan bertemu masalah. Orang hidup karena masing –masing berlomba
untuk bisa menyelesaikan paling banyak masalah. Semakin banyak dan besar
masalah yang dihadapi akan meningkatkan kwalitas seseorang, juga memperbesar
pengaruh seseorang,bahkan sekaligus mengangkat derajat social seseorang.
Hanya sedikit yang memahami masalah punya
peran penting mengangkat derajat seseorang. kebanyakan membayangkan kehidupan
yang dilalui sama seperti disorga. Tinggal berkeinginan semua bakal datang
dengan sendirinya. masing- masing bergerak hanya sebatas tidak ada lagi yang
dikerjakan. Tidak mau beresiko, berusaha berinisiatif menanam hal –hal yang
produktif. Berakit –rakit kehulu, berenang-renang kemudian.
Tak jarang sesuatu yang sedikit yang
keluar dari pakem menanjadi titik bangkitnya seseorang, dari bergantung menjadi
mandiri. Dari hanya berhayal pembagian warisan menjadi orang yang menyiapkan
warisan buat anak – anaknya. Dari menjadi cecunguk pengikut seseorang berobah mencari
dan mengumpulkan cecunguk untuk menghamba pada dirinya.
Tantangan untuk “bermasalah” muncul dari
dapur dan dari dalam dirinya sendiri. Orang yang didapur merengek menunjukkan
keringkihannya, berusaha membebani langkah kaki menuju yang lebih baik. Manakala
itu sudah dimulai, sudah pasti ada pemberat pundak.
Dari saya melakukan analisa pada hal yang
terjadi didalam diri sendiri, saya menyatakan diri masuk menjadi penghuni dunia ringkih tersebut.
Keinginan keluar merambah dan menikmati banyak pengalaman baru yang diluar
pakem, sepertinya hanya obrolan dibibir saja. Kata orang lips service
saja.
Keberanian yang selama ini didamba akan
hadir menjadi satrio piningit sama halnya dengan satrio piningit itu sendiri,
dimana orang yang ditunggu tunggu ini untuk bisa membebaskan bangsa dari
masalah yang kronis, tidak pernah hadir, tidak pernah muncul bahkan sepertinya
semakin tidak ada harapan untuk bisa hadir memenuhi khayalan yang sudah menjadi
mitos ini.
Abu toyyib dalam kitab taklim berkata”
sesuatu yang diinginkan hanya milik orang-orang yang menginginkan dan kemulyaan
hanya bagi orang-orang yang mulya”, memberikan legitimasi untuk melangkah
mencapai apa yang diinginkan. Disini tidak memberikan batasan , juga tidak ada
pedoman, apalagi keragu-raguan memikirkan kemungkinan yang bakal terjadi.
Alasan selalu muncul menyurutkan langkah,
menjadi pembenar membelokkan arah dari tujuan semula, sampai sesuatu yang prioritas lewat
dikesampingkan. Sesaat suasana terbawa bahwa arah yang berbelok arah yang
benar, tetapi beberapa waktu kemudian itu menjadi salah pada waktu kita sadar
telah berbelok arah, bukan menuju sesuatu yang selama ini kita impikan. Dan
kita masuk dalam suasana penyesalan yang tidak ada putusnya.
Rasanya tak adil bila hanya intropeksi
diri saja tampa juga menganalisa kondisi lingkungan sekitar. Kondisi yang
sering kali membuat kita tidak punya pilihan. Sering kali pilihan tersebut
menabrak logika etika yang selama ini ditanamkan. Sering kali pula apa yang menjadi pilihan tersebut membuat
kita enjoy didalamnya, dengan berbagai efek negative. Dimana dengan sadar kita
melakukannya dengan tujuan agar bisa eksis.
Pertanyaan yang adalah, apakah ada
harapan lingkungan disekitar saya ini akan bisa berubah?. Muncul rasa skeptic
dalam diri saya. Bahkan bisa dikatakan mengharap bintang jatuh, untuk
menggambarkan ketidak percayaan saya pada perobahan itu. Biarpun pikiran
tersebut tidak menyurutkan saya berjuang berusaha menginspirasi orang untuk
berkomitmen dan menjalankan komitmen itu dengan sungguh – sunguh.
Banyak peristiwa yang mendasari saya
berkesimpulan bahwa komitmen adalah satu – satu yang bisa membatasi seseorang.
biarpun pada prakteknya tidak ada yang berani berkomitmen. Rata – rata mencari
aman, terutama dengan hanya berusaha mengalir mengikuti arus dan cenderung
menjadi bunglon. Berubah warna disetiap tempat yang disinggahinya. Orang –
orang bilang “ ini tahun2013.
Langganan:
Postingan (Atom)